NAGRAK - SUKABUMI

Senin, 02 Januari 2012

Hayu urang di ajar Karawitan bagian ka 3 Oleh : Ujang Hendi

2        Sejarah Karawitan
            Karya yang berusia tua yang merupakan peninggalan di masa lalu dapat dijadikan sebagai salah satu sumber sejarah.Para ahli sejarah mengelompokkan menjadi dua,yaitu seni dinamis dan seni statis.
Yang dimaksud seni dinamis yaitu seni yang bergerak,seperti tarian,nyanyian,upacara-upacara persembahan,dan beberapa seni pertunjukan lainnya.Sesuai dengan sebutannya,seni dinamis lebih banyak mendapat kesempatan untuk merubah.Adapun seni statis merupakan kebalikan dari seni dinamis,yaitu karya seni berupa benda-benda tidak bergerak,seperti relief-relief pada candi.
            Dari pengelompokan tersebut dapat kita ketahui,karawitan termasuk kedalam kelompok seni dinamis.Untuk mengetahui nyanyian atau suara waditra pada hari kemarin,kita tentu akan menemui kesulitan tanpa adanya alat pembantu seperti contohnya alat perekam.Padahal kitapun tahu,alat perekam suara baru ditemukan pada abad sekarang.Kita bisa membayangkan,betapa sulitnya mengetahui sejarah dan perkembangan karawitan dimasa lampau.Dengan demikian,kalau kita akan mempelajari sejarah karawitan,paling-paling hanya dapat meneliti benda-bendanya saja,atau mengadakan rekontruksi(peragaan ulang)pada beberapa jenis karawitan yang sekarang masih ada dan di anggap masih asli atau mendekati keasliannya.
            Selain itu,untuk mempelajari sejarah karawitan dimasa lalu,kita tidak bisa terlepas dari mempelajari manusia dan budayanya,baik berupa benda bersejarah seperti relif-relief pada candi dan prasasti,maupun beberapa peninggalan berupa keterangan-keterangan yang dapat memberikan gambaran tentang karawitan pada masa itu.Sayang sekali,sumber-sumber keterangan untuk karawitan sunda dimasa lampau sangatlah minim.Satu-satunya sumber tertua yang kita dapati ialah naskah Sanghyang Siksakandang Karesian diperkirakan ditulis pada tahun 1518 Masehi,yaitu pada masa pemerintahan Sri Baduga Maharaja penguasa Pakuan Pajajaran.



2.3  Zaman Prasejarah

            Zaman prasejarah,sebagaimana dikelompokkan oleh para ahli sejarah,dikenal dengan sebutan zaman Palaeolithicum,Mesolithicum sampai dengan zaman perunggu.Pada permulaan masa prasejarah,kebudayaan manusia baru berkisar pada pembuatan alat-alat berburu yang terbuat dari batu dan tulang-tulang binatang.Petunjuk mengenai adanya karawitan(seni suara) pada zaman itu belum ditemukan.
            Pada masa akhir dari zaman itu atau yang dikenal masa Neolithicum,Megalithikum,dan
 Perunggu,manusiannya telah mengenal sistimkepercayaan yang disebut Deuisme,
Animisme,dan kepercayaan adanya roh-roh halus atau yang di sebut Dinamisme.Sisa-sisa peninggalan kepercayaan pada masa itu,seperti mempercayai adanya roh-roh para leluhur yang senan tiasa memberikan perlindungan kepada yang masih hidup,atau adanya kepercayaan bahwa roh-roh para leluhur itu dapat hadir kembali dengan jalan memasuki roh yang masih hidup,pada beberapa jenis pertunjukan seni karawitan sekarang masih dapat ditemukan.
            Karena seni karawitan yang dilihat dari fungsinya maupun bentuknya masih memiliki ciri-ciri berikut ini,dapat dianggap sebagai peninggalan karawitan pada masa itu,seperti:
a.       Karawitan yang berfungsi sebagai pengiring suatu upacara persembahan atau upacara mencari perlindungan pada roh-roh para leluhur,seperti:ruwatan,upacara seren taun,dan upacara-upacara persembahan sejenisnya.
b.      Lagu-lagu yang diperuntukan bagi para leluhur agar senan tiasa memberikan perlindungan,seperti kidung,kembang gadung,dan sejenisnya.Sampai sekarang dibeberapa tempat lagu tersebut masih dianggap keramat dan tidak boleh dimainkan sembarang.
c.       Karawitan yang berusaha mendatangkan roh-roh gaib dan kekuatan gaib lainnya agar bersatu dengan yang masih ada,sehingga orang memintanya mempunyai kesaktian luar biasa dalam keadaan tidak sadar,seperti:kuda lumping,sintren,laes dan sejenisnya.Waditra karawitan yang suaranya menirukan bunyi-bunyi alam atau menirukan suara binatang,seperti karinding,toleot,hatong,celempung dan waditra yang terbuat dari kulit kerang adalah merupakan karawitan sisa peninggalan masa ini.

2.4     Zaman Hindu Budha

       Zaman ini ditandai dengan masuknya pengaruh Hindu dan Budha ketanah air kita.Pada   masa itu manusia telah mengenal tulisan,diketahui dengan didapatkannya lukisan-lukisan berupa relief-relief pada candid an prasasti pada batu-batu bertulis.Pada relief-relief candi di Jawa Tengah dan Jawa Tmur,banyak terdapat lukisan-lukisan instrument karawitan,seperti waditra menyerupai kendang,waditra berwilah menyerupai saron dan gambang,waditra berpenclon menyerupai bonang dan waditra menyerupai suling.
       Hal ini menunjukan bahwa masa itu masyarakat di Indonesia telah mengenal seni gamelan walaupun dalam bentuk jumlah yang sederhana.Pada masa itupun telah dikenal karawitan bernada.Berdasarkan gambar (relief) pada candi di Jawa Tengah yang melukiskan waditra semacam gambang berjumlah 10 nada,dan pada relief candi Jawa Timur yang menggambarkan waditra dengan nadanya berjumlah 14.Hal ini telah membuat kesimpulan beberapa ahli sejarah yang mengadakan penelitian terhadap seni karawitanmasa lalu,yaitu bahwa pada masa itu telah dikenal adanya laras salendro dan pelog.
       Sisa  peninggalan zaman Hindu Budha sampai sekarang masih banyak terdapat pada beberapa pertunjukan karawitan,yaitu seni karawitan pengiring upacara-upacara pemujaan, seperti :
a.       Kesenian jentireng dari daerah Rancakalong Sumedang.Kesenian ini sebagai pengiring upacara panen padi sebagai penghormatan terhadap Dwi Sri(dewi kesuburan).
b.      Kesenian angklung sebagai pengiring upacara menanam padi pada masyarakat Baduy.
c.       Rajah  pada seni pantun masih sering terdengar perkataan seperti”hung…ahung” yang berarti sebutan untuk Dewa Brahma dan Wisnu.
d.      Beberapa sajian seni karawitan yang disertai dengan pemberian sesaji pada awal pertunjukannya.
       Pada bagian ke 3 disebut-sebut naskah Sanghyang Siksa Kandang Karesian yang menjadi sumber informasi  penting untuk mengetahui keadaan kehidupan dan kebudayaan sunda sebelum masuknya pengaruh Islam.Khususnya tentang karawitan sunda,pada naskah tersebut ditulis yang bunyi terjemahannya sebagai berikut :
“ Bila ingin tahu segala macam lagu,seperti kawih bwatuha,kawih panjang,kawih panyaraman,kawih sisindiran,kawih pengpeledan,bongbongkaso, ,kawih tangtung, kawih sasambatan,kawih igel-igelan,segala macam lagu,tanyalah paraguna(ahli karawitan) “
2.5  Zaman Islam
       Masuknya agama Islam ke Indonesia membawa perubahan besar terhadap perkembangan seni karawitan baik dalam hal jenisnya,maupun isinya.Seni karawitan yang sudah ada sebelumnya,yang sebagian besar telah dipengaruhi kebudayaan Hindu dan Budha,lama-kelamaan berbaur dengan pengaruh Islam.
       Seni wayang yang sebelumnya bernafaskan Hindu,oleh para wali diubah dan disesuaikan dengan ajaran agama Islam.Seni wayang inilah yang kemudian oleh para wali dipergunakan untuk menyebarkan agama Islam di Jawa Barat.Disamping terjadi pembauran dan perubahan fungsi,muncul pula karya-karya seni karawitan yang bernafaskan Islam,seperti :
a.      Sekaten didaerah Cirebon dan Kuningan.
b.      Rudat dan solawatan,yaitu sejenis seni suara dengan diiringi terbang dan genjring.Syair lagunya berisikan ajaran-ajaran Islam serta solawat nabi Muhammad SAW.
c.      Muyen dari daerah ciamis,yang unsur karawitan nya hamper sama dengan terbang.Terdapat pula kesenian Janeng dari daerah perbatasan Ciamis dengan Jawa Tengah.Unsur karawitannya sama dengan Muyen,kecuali bahasanya menggunakan bahasa Jawa.
       Seni karawitan lainnya yang sejenis dengan terbang sangat banyak ditemui,bahkan hamper disetiap daerah Jawa Barat,seperti mawalan,mubadah,marhabaan,samrah,dsb.Pada zaman itu,dsamping mulculnya karawitan bernafaskan Islam,seni gamelan yang telah ada sebelumnya pun mengalami penyempurnaan dan penambahan instrument.Gamelan mulai dipergunakan sebagai pengiring wayang golek yang masuk ke Jawa Barat pada tahun 1244 Masehi.Seni gamelan semakin dikenal dan penyebarannya semakin luas.Pada tahun 1445 Masehi,dibuatlah gamelan Kyai Lasem(kepunyaan keluarga alm.Bapak RTA Sunarya).Pada masa pemerintahan Bupati R.Adipati Aria Panji Jaya Nagara (Ciamis),pada tahun 1635 Masehi,dibuatlah Cara Balen.
2.6  Pengaruh Seni Barat
       Zaman ini ditandai dengan masuknya pengaruh seni barat(asing) pada karawitan sunda,yaitu semasa penjajahan bangsa-bangsa asing di Indonesia sampai masa revolusi kemerdekaan (tahun 1600 M-1945 m).Kebudayaan  mereka telah banyak mempengaruhi karawitan sunda dan pemikiran serta wawasan para senimannya.Dalam hal keilmuan,pengaruh seni barat terhadap seni karawitan sangat besar mamfaatnya,seperti dibuatnya teori-teori karawitan,bertambahnya wawasan para seniman sunda,lahirnya cara dan sistim penulisan karya karawitan,sistim notasi,dsb.
Pengaruh seni barat pada karawitan sunda lebih luasnya,antara lain :
a.      Berkembangnya jenis karawitan pertunjukan yang bersifat apresiatif,seperti lahirnya karawitan gending karesemen sebagai pengaruh dari seni opera dari barat.
b.      Pembauran instrument musik pada seni karawitan,seperti terdapatnya instrument gitar pada kesenian tarling,saxsopone pada kesenian tanjidor,dan penambahan-penambahan instrument lain(misalnya bangsing dan biola).
c.      Lahirnya teori karawitan,antara lain mulai dikenalnya sistim penulisan dalam bentuk notasi,seperti :
1)      Notasi (titi laras) Rante pada tahun 1880 M.
2)      Titilaras Anda pada tahun 1890M.
3)      Titlaras Kapatihan 1910M.
4)      Titilaras Da-Mi-Na-TI-La- tahun 1924M.
5)      Titlaras Ancak pada tahun 1925M.
2.7  Zaman Moder’n
            Kurun waktu zama moder’n adalah mulai tahun 1945 sampai sekarang.Pada saat itulah kita merdeka,terbebas dari penjajahan bangsa asing yang telah sekian lama mendiami Negara kita.
            Zaman moder’n ditandai dengan pesatnya pembangunan di segala bidang,terutama pada sektor industri,teknologi,informasi,dan komunikasi.Masuknya pengaruh kesenian asing pada seni karawitan,baik yang bersifat positif maupun bersifat negative,semakin banyak.Situasi ini,ditinjau dari beberapa segi,seperti munculnya seniman-seniman karawitan kreatif dengan karya-karya barunya,semakin digemarinya karya-karya karawitan pada kalangan remaja,semakin luasnya ruang lingkup pementasan karawitan sunda adalah sesuatu hal yang sangat menggembirakan.Namun disisi lain,kemajuan zaman seperti sekarang ini,menambah kekhawatiran kita akan punahnya beberapa seni karawitan tradisional,yang tidak dapat beradaptasi dengan kemajuan zaman.Dengan demikian,untuk mengetahui perkembangan karawitan pada masa moder’n ini,kita tinjau dari hal-hal yang bersifat positif dan negatif.
a.      Bersifat positif
Ø  Munculnya lagu-lagu baru(wanda anyar) baik pada sekar maupun gending.
Ø  Lahirnya seniman-seniman berpendidikan formal.
Ø  Semakin luasnya ruang lingkup karawitan sunda,tidak hanya di daerah sunda sendiri melainkan telah dikenal di daerah-daerah lain bahkan diluar negeri.
Ø  Penyebaran lagu-lagu sunda melalui media elektronik,media masa,dan semakin meningkatkan apresiasi dan penghargaan masyarakat terhadap budayanya sendiri.
Ø  Kemajuan dibidang teknologi sangat menunjang terhadap perkembangan seni karawitan,seperti dalam hal pembuatan alat-alat karawitan,sarana pementasan,penelitian dan pendokumentasian karya-karya karawitan.
Ø  Munculnya organisasi-organisasi seni karawitan,seperti grup kesenian,lingkung seni,sanggar seni,dan sebagainya.
Ø  Semakin banyaknya kegiatan-kegiatan karawitan di luar pementasan,seperti : pasang giri,pecan karawitan,sarasehan karawitan .
b.      Bersifat Negatif
Ø  Bergesernya pola kehidupan masyarakat dari agraris ke industry,mengakibatkan punahnya beberapa jenis karawitan,terutama karawitan yang erat hubungannya dengan kehidupan masyarakat petani,seperti : seni rengkong,calung rantay,tutunggulan dsb.
Ø  Derasnya arus informasi dari berbagai sumber yang banyak memperkelalkan budaya dan kesenian asing.Banyak budaya dari luar ditiru oleh masyarakat kita,padahal belum tentu sesuai dengan kepribadian bangsa kita.Akibatnya,banyak didapatkan karya seni karawitan yang dicampurbaurkan dengan beberapa unsur dari kesenian luar tanpa melalui penyaringan terlebih dahulu.
Ø  Beralih fungsinya sebagian seni karawitan pada fungsi komersil,banyak mendorong lahirnya karya-karya karawitan dan seniman karawitan yang terlalu berorientasi pada hal yang sifatnya asal jadi uang,sehingga tidak sedikit seniman karawitan yang melahirkan karya-karya berselera rendah,bahkan tidak mencerminkan kepribadian karawitan sunda.
Share:

0 komentar:

Posting Komentar

About Me

Foto saya
Urang Sunda Bakal Ilang Dangiangna Lamun Ilang Budayana.
Diberdayakan oleh Blogger.

Followers